Rabeg merupakan makanan khas Banten cukup populer. Rasanya yang manis, gurih dan pedas tentu akan membuat ketagihan saat mencicipinya.
Rabeg sendiri merupakan makanan berbahan dasar daging atau jeroan kambing yang dimasak dengan bawang merah, bawang putih, lada putih, biji pala, kayumanis, jahe, lengkuas, salam, sereh dan tentunya cabe rawit.
Ada rasa pedas juga di dalam rabeg. Itu berasal dari campuran rempah-rempah seperti biji pala, jahe, lengkuas, cabe rawit dan kayu manis. Dipercaya semua campuran bumbu tersebut merupakan obat untuk menghangatkan tubuh sekaligus penetralisir kandungan lemak yang dibawa oleh daging sapi maupun kambing.
Tidak banyak penyuka rabeg tahu bahwa makanan tersebut memiliki sejarah yang panjang. Menurut Gagas Ulung dan Deerona dalam Jejak Kuliner Arab di Pulau Jawa, sesungguhnya rabeg tidak akan pernah ada di Banten andaikan salah seorang raja di Kesultanan Banten tidak melakukan muhibah ke tanah Arab.
Terciptanya hidangan khas Banten ini berawal dari perjalanan Sultan Maulana Hasanuddin yang pergi berhaji pada Abad ke-17. “Sang Sultan” mendarat di sebuah kota wilayah Kerajaan Saudi Arabia bernama Rabiq.
Mendarat di sana, Sultan Banten sangat terkesan dengan keindahan kota itu. Sang Sultan pun sempat dihidangkan masakan daging kambing dengan bumbunya yang memikat lidah.
Terkesan dengan rasanya, ia menikmati hidangan itu dengan lahap. Sultan sempat bertanya tentang masakan tersebut. Tidak disebutkan bagaimana sultan bertanya, apakah menunjuk hidangan daging kambing, atau menunjuk ke bumi. Namun, yang ditanya rupanya salah mengartikan pertanyaan Sultan, karena mengira pertanyaan yang dimaksud adalah soal tempat yang baru saja disinggahinya, padahal sultan bertanya soal hidangan kambing itu dan dijawab Rabiq.
Meninggalkan tempat tersebut, Sultan meneruskan perjalanan hajinya. Namun, ternyata walaupun sudah meninggalkan Rabiq, Sultan masih saja teringat dengan kelezatan rasa hidangan tersebut, hingga terbawa pulang ke tanah air. Dan setibanya di tanah air, Sultan pun memanggil chef istana dan memerintahkannya untuk memasak daging kambing dengan cara Rabiq.
Sejak saat itulah, hidangan beraroma khas Timur Tengah itu menjadi hidangan yang wajib dihadirkan di hadapan penghuni istana secara turun temurun. Kini, rabeg menjadi hidangan bagi masyarakat Banten di pesta-pesta besar. Karena tidak ada yang mengetahui nama masakan tersebut akhirnya nama Rabiq pun melekat pada masakan itu, hingga akhirnya kini disebut dengan rabeg.